Saturday, May 26

Indahnya Wisata Alam Gunung Merapi

Gunuang biaso timbunan kabuikLurah biaso timbunan aiaLakuak biaso timbunan sampahLauik biaso timbunan ombakNan hitam tahan tapoNan putiah tahan sasahDisasah bahabih asaDikikih bahabih basi

Memang benar apa yang dikatakan pepatah diatas ”Gunung biaso timbunan kabuik” sebagi bukti nyata bahwasanya gunung timbunan kabuik adalah pada gunung merapi sumatra barat. Kalau kita melihat arah ke selatan dari bawah Jam Gadang di Bukit Tinggi pandangan kita akan lepas ke arah Gunung Marapi. Gunung ini membujur dari timur ke barat dengan kepundan aktif terletak di puncak sebelah barat. Ketika kepundan mengeluarkan asap akibat batuk-batuk atau ketika nyala api keluar dari lubang kepundan itu, pemandangan ini dapat terlihat dari Bukit Tinggi.
Dalam pelajaran ilmu bumi di SR dulu tinggi gunung Marapi ini dikatakan 2890m di atas muka laut. Bandingkan dengan Bukit Tinggi yang letaknya 911m di atas muka laut. Untuk mencapai kepundan itu bagi para pendaki gunung ada jalan dari Koto Baru, sebuah kampung yang terletak sekitar 8 kilometer dari Bukit Tinggi di jalan antara Bukit Tinggi dan Padang Panjang.

Sungguh indah dan menakjubkan sekali. Dari ketinggian puncak gunung pemandangan lepas memandang sepuas hati, menikamati suburnya negeri ini, megahnya negeri yang tertata dengan rapi.Tak akan bisa diceritakan seperti keindahannya itu sebelum kita sendiri yang mendaki kesana.

Tak akan kata peneyesalan yang terucab dari bibir bila kita pergi mendaki menuju puncak merapi yang menjulang. Suasana alam yang asri menambah kesejukan di hati, damai dan yaman terasa. Angin sepoi-sepoi, gemircik binatang-bintang kecil menambah susuana tambah h
aru dalam perjalanan pendakian.

Sepanjang jalan pendakian tidak banyak yang dapat dilihat karena dihlangi oleh pepohonan yang tak begitu rapat tumbuh berjejer, namun terlihat jelas bahwa banyak sekali orang yang mendaki kegunung ini. Di tempat-tempat yang datar sedikit terlihat jelas bekas-bekas pendirian tenda Camp dari para pendaki yang mungkin istirahat sejenak diperjalanan.

Sekitar 4 jam perjalan dari kaki gunung maka akan sampailah kita yang biasa disebut pendaki dengan sebutan bawah cadas. Kenapa demikian? Kerena sampai disinilah tumbuhan bisa bisa tumbuh. Katasnya lagi tidak akan ada ditemuai lagi tumbuhan semua hanya pecahan-pecahan batu gunung. Dari sini aroma belerang khas gunung merapi mulai tercium hidung. Namun itu tak akan menjadi persolaan bila mata kita pandangkan kearah lereng gunung. Terlihat jelas semua pemandangan dari atas ini. Rumah – rumah penduduk terlihat kecil sekali, kota bukittinggi, padang panajang dan bahkan kota padang terlihat mungil dari puncak ini. Dibawah cadas inilah biasanya para pendaki mendirikan tenda mereka untuk beristirahat atau bermalam dan melanjutkan pendakian besok paginya lagi.

Perjuangan belum berakhir, puncak merapi masih terlihat tinggi dari cadas, pendakian harus segera dilanjutkan. Butuh waktu sekitar 30 menit lagi hingga benar-benar sampai dipuncak. mendaki cadas yang terjal sambil sesekali terduduk membalikkan tubuhu memandang kearah bawah gunung. Terasa hilang sesak nafas yang menggebu di dada ketika melihat pemadangan nun jauh disana, semakintinggi didaki semakin indah alam ini terlihat. Udara pun dinginpun semakin semakin menyeruak menembus celah-calah jaket yang dipakai, panas terik matahari disini begitu terasa disini.

Wah ternyata dipuncak luas sekali, ada dataran yang luas, ada seperti telaga yang biasa disebut pendaki dengan talago sumber sarasah. Apakah ini puncak yang tertinggi? Ooh ternyata tidak, ini namanya tugu, puncak tertinggi kita harus mendaki lagi menuju puncak yang paling tinggi di merapi yaitupuncak Merpati. Tak terasa lelah sewaktu mendakinya tadi disini, tak terasa kaki yang talah kaku karena kerja keras menggerahklan seluruh tenaga untuk mendaki kesini. Semua sirna, semua lenyap, yang tinggal hanya kekaguman, takjub dan terpana melihat indanya alam. Meliihat misteri alam yang ada dipuncak gunung ini.

Kawah, dimana kawah?
Ternyata lobang besar yang terus mengepul itulah kawah, di kawah inilah api gunung merapi berkobar. Di gunung ini ada 5 kawah yang terus mengepul sepanjang masa. Semuanya bisa terlihat jelas, kepulan asapnya menunjukkan jati dirinya sebagai gunung yang mengandung lahar panas.

Bukan ini batas akhir keindahan itu. Masih ada satu taman diatas gunung ini. Yang tanamannya tidak akan tumbuh ditaman manapun juga dibawah gunung. Taman Edelwis, disinilah tumbuh bunga Edelwis, bunga yang hanya bisa tumbuh dipuncak gunung. Bunga yang tak bisa layu, bunga Edelwis sebagai lambang cinta sejati untuk sang kekasih.

Di gunung ini untuk mencapai taman edelwis kita harus ditantang lagi untuk menuruni arah timur gunung. Kira kanan ada kawah yang siap menampung bila terjatuh. Perjungan mencapai taman sungguh berat. Namun walupun berat tak akan sempurna kepuasan itu tanpa melihat jelas dimana edelwis itu tumbuh dan bagaimana mereka bisa tumbuh diatas gunung yangdingin ini.

Ditaman keharuman bunga mengalahkan bau belerang yang menyegat hidup, kesegaran merambah hingga kedada. Edelwis.....,,edelwis dimana-mana, taman ini benar-benar taman bunga edelwis. Sana sini edelwis, bunga padi juga terlihat namun mereka terlihat jarang entah apa penyebabnya hanya alam yang tahu.
Namun walupun demikian, edelwis disana-sini kita jangan serakah. Kita hormati mereka yang tumbuh sendiri diatas gunung ini tanpa ada bantuan taupun rawatan tangan manusia mereka tumbuh. Jangan ambil mereka dengan serakah, jangan ambil mereka lebih dari 3 tangkai setiap orangnya. Walau ini bukan menjadi hukun gunung, walau ini bukan larangan gunung, tapi demi menghormati mereka dan melestarikan mereka. Tak adil rasanya mereka yang telah lama tumbuh tiba-tiba kita datang ke mereka dan langsung merampas kehidupan mereka hingga memungkinkan mereka akan punah. Ambil mereka sekedarnya sebagi bukti cinta kita kepada mereka, belai edelwis ketika kita meninggal mereka. Mereka juga mahluk, mereka juga berasal dari tuhan, tak layak keserakahan dan kerakusan kita perlihatkan mereka. Dan jangan pula timbul rasa memiliki mereka pada diri kita biarkan mereka hidup dan jangan biarkan mereka terbuang sia-sia. Indahnya alam, kuasanya Tuhanku. Dari puncak ini terlihat jelas, dipuncak ini kedamaian tercapai, keakraban keramahan alam terasa disanubari.
o Andika